BESTTANGSEL.COM, JAKARTA – Dampak penjajahan Palestina sejak 1948 oleh Israel, terlebih blokade atas warga Gaza sejak 2006 begitu mencabik-cabik rasa kemanusiaan seorang ibu 13 anak, almarhumah Yoyoh Yusroh. Yoyoh yang juga seorang anggota DPR RI Komisi I saat itu merasa terpanggil melihat realita kehidupan perempuan dan anak Palestina sebagai lapisan paling rentan terdampak perang dan kekerasan penjajahan.

Yoyoh Yusroh bersama perempuan lainnya kemudian membidani kelahiran Adara Relief International (Adara) tepat di tanggal 14 Februari 2009. Adara memulai kiprahnya menggalang dukungan untuk perempuan dan anak Palestina.

Dua tahun berselang, sosok inspiratif ini dipanggil pulang oleh Sang Khalik dalam sebuah kecelakaan. Raga Ustadzah Yoyoh Yusroh telah wafat. Namun jiwa dan semangat pembelaan atas perempuan dan anak Palestina terus hidup.

Estafeta pembelaan ini kemudian dilanjutkan oleh Ir. Maryam Rachmayani, S.Th., M.S. seorang perempuan pengusaha yang seringkali membersamai almarhumah dalam penggalangan dukungan bagi perempuan dan anak Palestina serta beberapa penyerahan bantuan kemanusiaan langsung ke Palestina.

Jejak yang ditinggalkan Almarhumah Yoyoh Yusroh tak kalah kuat tertancap pada Ketua Adara selanjutnya, Nurjanah Hulwani S.Ag, M.E. Nurjanah mulai berkonsentrasi untuk Palestina setelah merampungkan aktivitasnya sebagai Anggota DPRD DKI Jakarta selama dua periode. Kegiatan sosialisasi ke wilayah-wilayah Indonesia yang mereka lakukan bersama telah membekaskan jalan bagi kecintaan pada pembelaan perempuan dan anak Palestina yang terjajah ini.

Nurjanah Hulwani, ketua Adara Relief International.

Lompatan perolehan donasi di tahun-tahun berikutnya bukan hanya membuat Adara yang saat ini telah diperkuat oleh 25 personil pengurus dikenal bangsa Palestina. Nama Indonesia juga ikut terangkat di mata aktivis Palestina Internasional. Konferensi-konferensi dan training-training bagi peningkatan kapasitas aktivis kemanusiaan International tak pernah luput mengundang Adara sebagai partisipan aktif.

Tak ketinggalan di dalam negeri, dalam dua tahun terakhir ini telah terbentuk 11 komunitas peduli Palestina di beberapa wilayah.

“Tahun 2018 Adara terus memperluas aspek target penyaluran donasi kemanusiaan untuk perempuan dan anak Palestina. Antara lain berupa bantuan bagi keluarga pengungsi, bantuan bagi pengobatan luka anak Palestina, bantuan Qurban, program kembali ke sekolah, pemberdayaan perempuan berupa mesin jahit, pelatihan keterampilan, program pendidikan hafalan Al-Quran, bantuan musim dingin dan lain sebagainya,” tutur Nurjanah Hulwani.

“Penderitaan berat yang dialami perempuan dan anak Palestina belum berakhir. 13 tahun blokade Gaza memaksa para pengungsi yang telah puluhan tahun terusir dari tanah air mereka menuntut diberlakukannya Resolusi PBB no 194 tentang hak kembali pengungsi. Sejak Maret 2018 hingga nyaris satu tahun, aksi heroik tak kenal kata menyerah mereka gaungkan demi menembus blokade yang telah menjadikan Gaza penjara terbesar di dunia,” ungkapnya lagi.

“Al-Quds, Ibu kota Palestina dan Masjid Al Aqsa juga terus menjadi target penguasaan penuh penjajah Israel. Perempuan-perempuan Al Quds menjadi pionir pertahanan. Kehilangan suami, anak, rumah, dilecehkan, dilukai, dan direnggut hak-haknya adalah resiko yang harus mereka tanggung,” tegas Nurjanah.

“Terpanggil mendukung perjuangan mereka, Adara bersama Gerakan Internasional كلنا_مريم # #weareallmaryam #kitasemua maryam dan 11 negara lainnya yang telah menyatakan dukungan mengajak masyarakat Indonesia untuk terus meningkatkan dukungan moril maupun materil,” jelas Nurjanah.

“Perdamaian dunia masih menjadi mimpi, selagi perempuan dan anak Palestina dibiarkan tertindas oleh satu-satunya penjajahan yang tersisa di dunia saat ini. Selamatkan perempuan dan anak Palestina, kembalikan senyum mereka,” pungkas Nurjanah penuh harap.

 

Asri/rlls

Leave a Reply