BESTTANGSEL.COM, Tangerang -Universitas Bina Nusantara (BINUS University) Alam Sutera Tangerang menurunkan mahasiswa-mahasiswi semester 1 Psikologi, untuk secara langsung melihat proses pembinaan mental bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) wanita di Lapas Tangerang. Kegiatan ini adalah hasil kerjasama antara BINUS University, Yayasan Tifa dan The Foundation for International Human Rights Reporting Standards (FIHRRST).

“Sesuai dengan Pasal 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, dimana system pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan (WBP) menjadi manusia seutuhnya. FIHRRST merupakan wadah non profit yang membela hak azasi manusia. Termasuk kegiatan konseling di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang yang kami lakukan bersama Yayasan Tifa dan BINUS Alam Sutera,” tutur Namira Puspandari mewakili FIHRRST di Ruang Auditorium Kampus Anggrek Binus University, Alam Sutera Tangerang, Jumat (28/9/2018).

Dikatakannya, sistem masyarakat seperti tertuang di Pasal 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 adalah masyarakat yang dapat menyadari kesalahan, memperbaiki diri, serta tidak lagi mengulang tindak pidana.

Sehingga WBP dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan, serta dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Memiliki misi yang sama, oleh Dr Istiani, Pakar Psikologi yang juga dosen di BINUS University mengatakan, “Program ini dilakukan dalam rangka mendukung perlindungan kelompok rentan dan marjinal.”

Dalam program yang telah dijalankan tersebut, Kata Istiani, para WBP yang mengalami stress dan kondisi emosi yang tidak stabil, dapat melakukan konseling baik secara pribadi maupun kelompok.

“Sehingga para WBP dapat memahami permasalahan yang dialami serta berusaha untuk mengelola emosi dan dampak trauma sebaik mungkin,” paparnya.

Selain itu, pihaknya juga memberikan beragam pelatihan seperti parenting skill, pelatihan interpersonal dan komunikasi efektif.

Istiani berharap, agar rangkaian kegiatan ini dapat memberikan solusi atas kendala psikologis dan social para WBP yang kerap kali menjadi hambatan dalam bersosialisasi di Lapas dan interaksi dengan sesame WBP.

Hasil dari berjalannya program tersebut, pihaknya berhasil merangkum metode baru dengan membuat buku panduan untuk petugas Lapas dan buku saku untuk WBP. “Dan kami sudah menyumbangkan 300 buku,” pungkasnya.

 

Asri

 

Leave a Reply