BESTTANGSEL.COM, PAMULANG- Saat ini banyak perusahaan baru bermunculan, sebagian dari perusahaan tersebut mampu dengan cepat berkembang mengalahkan petahana di Industri, hal ini memungkinkan untuk dilakukan oleh perusahaan start up karena dukungan dari infrastruktur seperti internet dan berkembangnya aplikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, keberhasilan tersebut tidak terlepas dari pemahaman mengenai strategi pemasaran disruptive yang sebenarnya sebuah fenomena yang membalikan semua aturan dalam teori pemasaran teori pemasaran yang secara umum menjadi dasar pemasaran.
Banyak perusahaan memulai usaha dengan target pasar menengah kebawah, setelah itu perlahan bergerak keatas untuk menguasai pasar menengah atas, hal tersebut dapat dilihat dengan produk produk dari negara China yang memulai penjualan produk baik itu telephone genggam maupun kendaraan dengan menggunakan strategi penetrasi pasar, serta disesuaikan dengan kualitas yang cukup memadai, setelah pemasaran untuk segmen menengah bawah dianggap sukses, maka sasaran selanjutnya adalah pengembangan pemasaran untuk segmen menengah atas, demikian juga yang terjadi dibanyak industri di Indonesia, dimana tren konsumen Indonesia, sebagian besar lebih memilih produk dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau dari pada membelanjakan uangnya untuk sebuah merek terkenal.
Pemilihan produk untuk dibeli tentunya mempunyai banyak variabel, resiko untuk membeli sebuah produk yang sangat penting,mahal dan mempunyai keunggulan secara teknologi, tentunya masih berpengaruh terhadap keputusan membeli, akan tetapi pada era sekarang ini dimana teknologi sangat berkembang sehingga perbedaan teknologi antara produk satu dengan lainnya tidak terlalu jauh, maka kebanyakan konsumen akan lebih memilih sebuah produk yang mempunyai kualitas yang baik dan murah.
Didalam kuesioner yang dibagikan kepada kaum milenial tahun 2020 oleh penulis ada beberapa hal yang dapat menjadi dasar strategi pemasaran disruptive di era baru ini, sekitar 33.3% responden menggunakan internet antara 3 – 5 Jam dan 40.5 % responded menggunakan internet diatas 5 – 10 jam perhari, sementara itu pembelian melalui internet juga cukup besar yaitu sekitar 44,1 % responden berbelanja 3 – 5 kali perbulan dan 37.6 % berbelanja 1 kali dalam sebulan.
Salah satu karakteristik pembeli milenial adalah tidak mempunyai loyalitas tinggi terhadap sebuah merek,sehingga apabila ada sebuah produk baru yang menawarkan keunggulan baru maka mereka akan dengan mudahnya berpindah. Banyak perusahaan Start up dengan dana yang terbatas , melakukan promosinya dengan menggunakan Micro influencer yang tentunya sesuai dengan budget promosi sebuah perusahaan start up, untuk mempromosikan produknya melalui saluran media sosial seperti instagram, Tik- tok , Facebook.
Strategi Disruptive marketing dengan menggunakan platform yang sudah cukup dikenal seperti Toko pedia, shoppe, Astro, maupunmelalui penjualan langsung menggunakan website perusahaan bisa menjadi sangat efektif yang berakibat pada Pengguna beralih dalam hitungan minggu. Dan bukan hanya pelanggan yang paling tidak menguntungkan atau “kurang terlayani” yang terpikat. Konsumen di setiap segmen membelot secara bersamaan—dan berbondong-bondong, sebagai contoh didalam dunia kosmetik di Indonesia, pergeseran pemasaranpun terjadi. Seperti contoh dibawah ini.
Perbandingan Penjualan MS Glow dengan Emiten Kosmetik di BEI.
Perusahaan, Kode Ticker, Penjualan 2020
Rerata Per Bulan 2020.
Martina Berto MBTO Rp 297.21 M Rp24.77 M
Mustika Ratu MRAT Rp 318.41 M Rp 26.53M
Victoria Care Indonesia VICI Rp 1.04 T
Rp 87.18 M
Ms Glow* – Rp 7.2 T Rp 600 M
Ms Glow^ – Rp 2.4 T Rp 200 M
Sumber: BEI, media massa, diolah |*Penjualan MS Glow menggunakan data dari manajemen | ^Penjualan MS Glow dengan asumsi median harga produk Rp 100 rb/item dikalikan dengan 2 juta produk. (Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20220325075903-17-325876/heboh-penjualan-ms-glow-rp-600-m-sebulan-mbto-mrat).
Perusahaan Petahana yang dahulu merupakan market leader, sekarang mulai tertinggal oleh perusahaan start up seperti Ms Glow yang mengandalkan disruptive marketing untuk menjangkau target pasarnya walaupun tetap menggunakan pemasaran konvensional dengan terbatas untuk meraih konsumennya.
Inovasi semacam itu mengubah aturan pemasaran Sehingga kalau diamati, ada beberapa produk yang sudah matang atau market leader di eranya terhapus oleh teknologi baru dan siklus hidup produk yang semakin pendek. Disrupter bisa muncul entah dari mana dan langsung ada di mana-mana. Begitu diluncurkan, gangguan seperti itu sulit dilawan. Akibat dengan adanya era baru pemasaran, pola pemasaran konvensional mulai berubah, Pemasaran disruptive tidak mengikuti jalur strategi konvensional atau pola adopsi pasar yang normal.
Untuk dapat bertahan hidup adalah dengan memahami bahwa disrupsi pemasaran berbeda dari inovasi yang lebih tradisional selain lebih murah daripada penawaran yang sudah ada, mereka juga lebih inventif dan lebih terintegrasi dengan produk dan layanan lainnya. Produk dan layanan pemula di banyak industri juga telah berkembang cukup cepat untuk membuat para petahana terengah-engah, untuk menemukan harga dan kualitas terbaik serta hal baru berikutnya.
Gelombang pemasaran disruptive memancar jauh melampaui barang dan jasa berbasis informasi. Makanan dan mobil, misalnya, tidak bisa digantikan oleh aplikasi smartphone. Tetapi restoran sekarang bergantung pada reservasi online, ulasan yang dihasilkan pelanggan, kupon yang dikirimkan melalui perangkat seluler, dan layanan berbasis lokasi untuk mendorong bisnis.
Disruptive Marketing meruntuhkan siklus hidup produkyaitu metode untuk menjelaskan bagaimana, mengapa, dan kecepatan penyebaran suatu inovasi melalui populasi atau sistem sosial seperti dijelaskan dengan kurva lonceng klasik Everett Rogers dari lima segmen pelanggan yang berbeda—inovator, pengadopsi awal, mayoritas awal, mayoritas akhir, dan lamban. Pada era modern sekarang hanya ada dua segmen: pengguna percobaan, dan pengguna berdasarkan kegunaan. Kurva adopsi telah menjadi sesuatu yang lebih dekat dengan garis lurus yang mengarah ke atas dan kemudian turun dengan cepat ketika kejenuhan tercapai atau gangguan baru muncul.
Pemasaran disruptive pada era modern ini memainkan peranan penting dalam mengembangkan usaha, hal ini dapat dilihat dengan berkembangnya perusahaan start up yang telah banyak menggantikan posisi sebagai market leader bahkan jauh melampui perusahaan yang dahulu merupakan market leader.
Masyarakat diberikan pilihan untuk mendapatkan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau, tentunya dengan peranan disruptive marketing yang makin berkembang, maka pemasaran menjadi lebih tepat sasaran dan menjangkau lebih banyak calon konsumen, bahkan dapat menjangkau diluar batas negara.
(Penulis : Sapto Hadi Imambachri, BSc., MM. Dosen Fakultas Manajemen dan Bisnis Universitas pamulang)
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.