BESTTANGSEL.COM, BSD TANGSEL- Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization (WHO) menunjukkan kasus kanker yang paling banyak di Indonesia adalah kanker payudara dan kanker serviks (leher rahim) dengan angka hampir mencapai 30% dari keseluruhan jumlah penderita kanker. Pada umumnya kedua kanker diatas terjadi pada kaum perempuan.

dr Mohamad Rachadian Ramadan, BMedSc, SpBP-RE (K), Konsultan Bedah Mikro Rekonstruksi dan Oncoplasty, Eka Hospital BSD menjelaskan bahwa saat kanker payudara sudah menggerogoti tubuh, mungkin sebagian pasien akan menjalani mastektomi atau pembedahan pengangkatan payudara, dan ini terkadang menjadi momok sendiri bagi kaum Perempuan. Namun dengan berbagai pilihan operasi rekonstruksi payudara, seorang wanita yang telah menjalani operasi mastektomi dapat terbantu untuk memulihkan tampilan payudaranya.

Tidak hanya untuk estetika dan bentuk payudara, rekonstruksi juga dapat dilakukan untuk mencegah atau menghilangkan bengkak di lengan pasca mastektomi yang disebabkan terganggunya aliran kelenjar limfa atau getah bening. Pada kasus tertentu, penyumbatan yang terjadi dapat meningkatkan ukuran lengan dua sampai tiga kali dari normal, sehingga menyulitkan pasien, ungkap Dokter yang aktif menimba ilmu subspesialisasi bedah mikro rekonstruksi di berbagai negara seperti Belgia, Spanyol, Mexico dan USA.

“Rekonstruksi payudara merupakan salah satu usaha untuk mengembalikan payudara ke bentuk semula pasca tindakan mastektomi atau lumpektomi, hanya saja prosedur ini tidak diperuntukkan untuk semua perempuan, namun merupakan hak dari setiap perempuan untuk mengetahui dan mendapatkan pilihan rekonstruksi setelah operasi pengangkatan kanker payudara, ujar Dokter yang berpraktik di Eka Hospital BSD ini.

Secara garis besar terdapat dua pilihan metode operasi dalam melakukan rekonstruksi payudara, dimulai dari pemasangan implant silikon payudara hingga rekonstruksi menggunakan jaringan dari tubuh mereka sendiri atau biasa disebut flap. Operasi rekonstruksi payudara dapat dilakukan dalam waktu bersamaan, segera setelah prosedur mastektomi, atau ditunda di waktu yang akan datang. Proses rekonstruksi payudara untuk mendapat hasil yang terbaik, atau mendekati bentuk payudara yang normal, sering kali membutuhkan beberapa tahapan operasi.

Rekonstruksi dengan metode flap melibatkan pengangkatan jaringan dari satu bagian tubuh pasien misalnya dari perut, punggung, bokong atau paha dan memindahkannya ke dada untuk membentuk payudara baru. “Teknik operasi ini menciptakan payudara lembut yang natural dan hangat, namun tak bisa dipungkiri memang akan meninggalkan bekas luka di bagian tubuh lainnya, yang tentunya akan diusahakan tersamar.

Keuntungan lainnya flap tidak akan pecah, bocor, mengeras, dan tidak perlu diganti seumur hidup, karena bersifat permanen dan tidak memerlukan perawatan atau operasi berulang dari waktu ke waktu. Meskipun, tindakan Flap membutuhkan waktu operasi yang lebih lama dibandingkan dengan implan, perawatan dan pemulihan pasca flap dapat memakan waktu lebih lama sekitar 4-6 minggu, dibandingkan dengan implant yang separuhnya lebih singkat.

Beberapa opsi flap yang sering ditawarkan adalah flap pedikel seperti flap Latisimus Dorsi dan flap TRAM (Tranverse Rectus Abdominis Muscle), yang notabene tidak memerlukan teknik bedah mikro. Namun kedua pilihan diatas seringkali menimbulkan kehilangan atau kelemahan otot dari area di mana jaringan tersebut diambil. Contohnya pada teknik operasi flap TRAM, sebagian otot perut diambil sehingga memungkinkan terjadinya tonjolan isi perut atau herniasi pada dinding perut. Opsi flap yang lebih modern yaitu disebut flap perforator dengan teknik bedah mikro, opsi ini mempertahankan otot pasien sehingga pemulihan lebih cepat, serta mempertahankan fungsi dan kekuatan otot pasien dalam jangka panjang.

Prosedur flap perforator yang lebih modern, contohnya seperti flap bebas DIEP (Deep Inferior Epigastric Perforator), tidak ditawarkan secara rutin oleh semua ahli bedah plastik karena kerumitan operasi dan kebutuhan akan pelatihan tambahan. Flap bebas DIEP menggunakan kulit dan lemak dari perut bagian bawah, tetapi tidak seperti flap TRAM, flap ini melindungi semua otot perut. Jaringan flap DIEP diangkat dari perut dan ditransplantasikan ke dada untuk membentuk payudara baru, di mana pembuluh darah yang disertakan bersama flap DIEP disambungkan ke pembuluh darah resipien di dinding dada dengan teknik bedah mikro modern menggunakan instrumen khusus dan mikroskop canggih. Karena semua otot perut terlindungi, pasien mengalami lebih sedikit rasa sakit, sembuh lebih cepat dan memiliki komplikasi perut yang jauh lebih sedikit (dibandingkan dengan flap TRAM. Metode flap bebas DIEP untuk payudara memiliki tingkat keberhasilan yang sangat tinggi (99% lebih di tangan yang paling berpengalaman pada center terbaik di USA, di center Indonesia hampir mendekati sekitar 94%).

Dokter Rachadian juga menegaskan bahwa meski beberapa pilihan rekonstruksi lebih baik daripada yang lain dalam situasi tertentu, tidak ada “teknik terbaik” dalam hal rekonstruksi payudara. Pilihan terbaik adalah yang paling sesuai dengan keinginan, kebutuhan, situasi, dan kesehatan medis pasien secara keseluruhan. Siapa pun yang tertarik dengan rekonstruksi payudara dengan operasi bedah mikro harus berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah plastik, rekonstruksi dan estetik bersertifikat, terutama yang mengkhususkan diri dalam bedah mikro rekonstruksi payudara. Idealnya, konsultasi ini harus dilakukan sebelum operasi mastektomi sehingga pilihan rekonstruksi segera dapat dipertimbangkan, atau dalam kasus rekonstruksi yang tertunda, pasien lebih siap tentang proses di masa depan. (Red/rlls)

Leave a Reply