BESTTANGSEL.COM, JAKARTA – Masalah dan penanganan seputar Sendi, Tulang dan Pinggul merupakan satu kesatuan dan juga polemik bagi masyarakat, khususnya bagi yang menetap di sejumlah kota besar. Pasalnya jarang ditemukan satu rumah sakit yang secara khusus menangani persoalan tulang, sendi dan pinggul secara kompetensi dengan melibatkan sejumlah lintas disiplin ilmu.

Sebut saja penanganan pada Polytrauma dan Multiple Fractures yang melibatkan sendi khususnya; Pelvic Acetabulum. Atau penanganan Total Hip Replacement, yaitu pergantian tulang panggul yang umum terjadi saat manusia di fase lanjut usia.

Sebagai pusat unggulan layanan Orthopedi, Siloam Hospitals Mampang melihat polemik tulang sendi dan panggul bagi warga ibukota adalah suatu tantangan dan peluang,

“Karena masih sedikit bahkan terbilang jarang, ada sebuah rumah sakit yang melibatkan penanganan multidisiplin ilmu untuk sejumlah kasus tulang dan sendi secara komprehensif, dan umumnya masyarakat ibukota menuju ke kami di Siloam Hospitals Mampang sebagai pusat rujukan dan unggulan penanganan mengenai Orthopedi, “, tutur Dr.dr. Wahyuni Dian Purwati, Sp.EM, Direktur Siloam Hospitals Mampang, (Kamis 14/03/2024) dalam acara Media Gathering di Jakarta Selatan

Dua Penanganan Kasus Tersulit yang Berhasil Ditangani

(Polytrauma dan Multiple Fractures yang melibatkan sendi khususnya; Pelvic Acetabulum :

Sebuah kasus yang membutuhkan penanganan multidisiplin dengan tingkat kesulitan yang tinggi)

Salah satu ahli Orthopedi terkemuka di Indonesia, Prof. Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo SpOT(K) Pelvic, Hip and Knee., menjelaskan bahwa Polytrauma merupakan trauma yang terjadi pada beberapa bagian tubuh, disertai oleh penurunan fungsi fisiologi yang dapat mengakibatkan disfungsi organ multipel bahkan kematian pada pasien.

“Multiple Fraktur adalah keadaan dimana terjadi hilangnya kontinuitas jaringan tulang lebih dari satu garis fraktur yang biasanya disebabkan oleh tekanan langsung atau tidak langsung pada permukaan tulang dengan gaya yang tinggi”, ungkap Prof. Ismail Hadisoebroto Dilogo yang berpraktek tetap di Siloam Hospitals Mampang.

Menurut Prof. Ismail Hadisoebroto, seseorang yang mengalami salah satu dari keadaan tersebut sudah beresiko fatal. Lalu, bagaimana jika mengalami kedua keadaan tersebut dalam satu waktu?

“Tentunya dibutuhkan kolaborasi multidisiplin dari dokter Emergency, SpBS, Anestesi, SpPD, Rehab Medik, dengan keahlian khusus dari dokter SpOT”, tutur Prof. Ismail menjelaskan.

Prof Ismail Hadisoebroto Dilogo dengan timnya dr. M Triadi Wijaya SpOT(K) dan dokter Riky SpOT adalah dokter spesialis bedah ortopedi dari RS Siloam Mampang Prapatan yang menangani kasus ini, Kolaborasi multidisiplin pada kasus ini sukses dijalani sehingga pasien tertangani dengan baik dan saat ini pasien dapat beraktifitas kembali di kehidupan sehari-harinya.

Kasus ini merupakan kasus dengan tingkat kesulitan tinggi dikarenakan pada pasien ini di diagnosa Polytrauma ( Mild Head Injury, SDH Interhemisferik + Tentorial) dan Multiple Fraktur ( Pelvic Ring Fracture type A2 , Right acetabulum Fracture transverse- posterior wall type, Left Anterior Wall type Acetabular Fracture, Complete Linear Fracture of Bilateral Ramus Pubic and Inferior Pubic, Complete Transverse Fracture of the Left Surgical Neck Humerus , Comminutive fracture and dislocation of left distal humerus , complete transverse fracture of the left olecranon ) dengan patahan hampir semua terletak di artikuler (sendi), yang penanganannya jauh lebih sulit dibandingkan fraktur yang berada di diafisis (Batang tulang panjang). Serta outcome dari operasi pada artikuler biasanya lebih jelek dibandingkan fraktur yang berada pada diafisis.

Prosedur yang dilakukan oleh Prof. Ismail beserta dengan timnya adalah ORIF (Open Reduction Internal Fixation) dan Percutaneus Screwing.

ORIF adalah suatu jenis operasi dengan pemasangan internal fiksasi yang dilakukan ketika fraktur tidak dapat diredukasi secara tertutup. Sedangkan Percutaneus Screwing adalah operasi dengan minimal invasive untuk memfiksasi tulang patah yang salah satunya adalah untuk Fraktur Acetabular karena kompleks nya anatomi dari pelvis.

“Setelah tindakan selesai, pasien disarankan untuk rutin melakukan fisioterapi selama masa penyembuhan agar hasil dari operasi dapat tercapai dengan sempurna”, kata Prof. Ismail SpOT(K) menjelaskan.

Penanganan Kasus Tersulit Sendi Pinggul yang Memendek dan Menyatu dengan Teknik Operasi

Primary difficult Total Hip Replacement (THR) adalah operasi yang dijalankan pada pasien yang memiliki komorbid dengan gangguan pada tulang atau jaringan lunak.

Meskipun prosedur yang dilakukan adalah sama dengan penggantian penggantian sendi pada panggul secara keseluruhan atau yang biasa kita kenal dengan THR namun pada pasien pasca Coxitis TB dengan sendi yang sudah menyatu dan memendek 3cm adalah kasus dengan kesulitan tingkat tinggi.

“Dan hal tersebut membutuhkan pendekatan terencana, komprehensif dari dokter bedah ortopedi subspesialis konsultan yang berpengalaman agar tidak lagi berjalan pincang, tungkai sama panjang, bebas nyeri, pulihnya rentang gerak sendi pinggul, bisa kembali sholat posisi duduk sempurna dan tidak membuat adanya komplikasi setelah operasi”, tutur Prof. Ismail Hadisoebroto Dilogo.

Dijelaskan kembali oleh Prof. Ismail Hadisoebroto, THR adalah operasi penggantian sendi pinggul yang rusak, yaitu tulang dan tulang rawan yang rusak akan diganti, kepala tulang femur akan diganti dengan logam atau keramik, dan permukaan tulang rawan yang rusak dari soket dihilangkan dan diganti dengan soket logam.

Kasus ini ditangani dengan pendekatan komprehensif, orthopaedi rekonstruksi, penyakit dalam, anasthesi, bedah saraf dan rehabilitasi medis dan berbasis team work di bawah dpjp utama Prof. Ismail Hadisoebroto Dilogo. (red/rlls)

Leave a Reply