Kiri-kanan: Marshell Matulessy (Advanced GCS Product Marketing Dept.Head), Ferdinand Anthonexsa (Chief of GCS), Arifin Pranoto (Direktur Astragraphia), Takasuke Kaku (Representative from Fuji Xerox Asia Pasific Operations)
BESTTANGSEL.COM, Jakarta – Di era digital seperti saat ini, dunia percetakan sebaiknya tidak hanya mengandalkan teknik offset konvensional saja, tetapi juga harus dapat mencetak dengan skala besar dan cepat. Fuji Xerox Iridesse Production Press dari Astragraphia, adalah solusinya. Iridesse adalah mesin cetak enam warna pertama di dunia.
Hadir dalam Peluncuran Fuji Xerox Iridesse Production Press, Kamis 25 Januari 2018, Direktur PT Astra Graphia TBK Arifin Pranoto, mengatakan, “Astragraphia mencoba untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan hasil cetak yang berkualitas. Iridesse, akan menjadi solusi dunia percetakan modern.”
Printer Iridesse adalah printer produksi terbaru dengan print engine enam warna ini mampu mencetak warna-warna spesial termasuk metalik dengan metode single pass, menggunakan tambahan hingga dua dry ink spesial warna emas, silver, bening, dan putih.
“Printer terbaru ini dapat mencetak gambar memukau dengan proses cetak warna xerographic. Dry ink spesial ini dapat memperluas berbagai ekspresi, menghasilkan hasil akhir yang premium sehingga dapat menambah nilai pada aktivitas marketing,” jelas Marshell Matulessy, Advanced GCS Product Marketing Dept.Head.
Marshell dengan detail menjelaskan tentang cara kerja Iridesse, yang super canggih dengan kemampuan cetak di atas berbagai jenis kertas. Dalam kesempatan itu pun, para awak media diajak melihat langsung cara kerja dan hasil dari Fuji Xerox Iridesse Production Press.
Pada peluncuran tersebut Astragraphia menggandeng Komunitas Sastra Lintas Rupa. Komunitas yang berisi sekelompok insan muda kreatif yang menerjemahkan arsip-arsip karya sastra ke dalam media visual.
“Astragraphia untuk kedua kalinya memberikan dukungan kepada komunitas ini untuk mencetak kartu pos dengan visualisasi dari karya sastra dari arsip tahun 1945. Penjualan ini nantinya dialokasikan untuk pengelolaan Gedung Arsip HB Jassin. Desain bukan hanya mementingkan keindahan, makna dari tiap desain yang dihasilkan juga perlu dipertimbangkan,” kata Garyanes Yulius, Ketua Komunitas Sastra Lintas Rupa.
Melalui kerjasama ini, Satra Lintas Rupa mengajak masyarakat untuk meningkatkan kembali kepedulian terhadap pengelolaan arsip dengan metode yang lebih modern. Khususnya yang terdapat di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin yang berlokasi di Kompleks Taman Ismail Marzuki.
Metode yang diterapkan ini diharapkan dapat lebih mudah diterima masyarakat luas karena menggunakan cara yang lebih ringan dan sederhana dalam mengelola informasi. Tema karya yang diangkat kali ini adalah ekspresi visual dari tahun 1945 yang pada umumnya menceritakan tentang perjuangan bangsa Indonesia menjelang kemerdekaan.
“Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin ini biasanya hanya dikunjungi para peminat sastra yang sedang membuat tulisan, misalnya skripsi, essay, atau penelitian lain. Latar belakang tersebut membuat karya dan kebudayaan sastra terlihat konvensional dan kurang menarik,” pungkasnya.
Asri
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.