BESTTANGSEL.COM, CIBUBUR – Anak- anak dengan perawakan yang gemuk bagi sebagian masyarakat dianggap menggemaskan dan lucu. Namun tahukah Anda, dibalik anak gemuk itu ada risiko penyakit diabetes yang mengintai. Yuk simak penjelasan dr. Dana Nur Prihadi, Sp.A(K), M.Kes, MH dibawah ini!

Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronik utama pada anak. Dari data yang diperoleh pada November 2021 sekitar 1.346 anak memiliki penyakit DM. Kenaikan jumlah tersebut dikarenakan selama pandemi rata- rata pola hidup yang kurang sehat di masyarakat.

Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes Melitus seringkali dianggap sebagai penyakit orang dewasa. Namun demikian, DM juga dapat terjadi pada anak-anak dan remaja, khususnya DM tipe-1. Dijelaskan oleh dr. Dana bahwa DM tipe-1 adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Umumnya, gejala klinis timbul ketika kerusakan sel-sel pankreas mencapai ≥90 persen. Penanda serologi untuk autoimunitas terhadap sel β pankreas, antara lain: Glutamic acid decarboxylase 65 autoantibodies (GAD), Tyrosine phosphatase-like insulinoma antigen 2 (IA2), Insulin autoantibodies (IAA), dan β-cell specific zinc transporter 8 autoantibodies (ZnT8).

Prevalensi Diabetes Melitus Tipe-1 di Indonesia meningkat tujuh kali lipat (700 persen) selama 10 tahun, dari 3,88 per 100 juta penduduk pada tahun 2000 menjadi 28,19 per 100 juta penduduk pada tahun 2010. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat sekitar 1.249 anak Indonesia dengan diagnosis DM Tipe 1 dari tahun 2017–2019. “Sejak September 2009 hingga September 2018 terdapat 1213 kasus DM tipe-1, paling banyak didapatkan di kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan,” ungkap dokter Spesialis Anak yang berpraktik di Eka Hospital Cibubur.

Gejala Klinis DM-Tipe 1 pada Anak

Para orang tua sebaiknya mulai curiga jika anaknya sering haus, sering buang air kecil baik di pagi hari, siang dan malam, sering lapar atau lelah kemudian berat badannya turun. Tidak jarang pasien datang ke poli dengan kondisi gula darahnya tinggi. Gejala lain yang dapat timbul adalah kesemutan, lemas, luka yang sukar sembuh, pandangan kabur, dan gangguan perilaku.

Dokter akan memberikan diagnosis DM apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut, yaitu gejala klasik diabetes atau hiperglikemi dan glukosa plasma ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L), atau glukosa puasa plasma ≥126 mg/dL (7,0 mmol/L).

Lebih lanjut Dokter Dana menjelaskan terkait komplikasi dari penyakit DM Tipe-1, antara lain komplikasi akut berupa ketoasidosis diabetikum (komplikasi diabetes yang ditandai dengan tingginya kadar keton di dalam tubuh). Dan juga hipoglikemia (kondisi ketika kadar gula dalam darah berada di bawah normal). Sementara komplikasi kronis berupa: nefropati, retinopati, dan neuropati, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, dan penyakit pembuluh darah perifer (klaudikasio, infeksi/gangren, amputasi).

Tata Laksana Penyakit DM Tipe 1

Pengobatan metabolik utama pada anak bisa dilakukan secara mandiri. Peran orang tua sangat penting terutama dari segi kedisiplinan, karena jika tidak akan mengganggu tumbuh kembang anak. Tujuan tata laksana DM pada anak adalah untuk mengontrol metabolik yang optimal, memberikan tumbuh kembang optimal, sehingga diharapkan saat dewasa nanti anak pun terbebas dari komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang.

Pengelolaan DM Tipe 1 meliputi:

1. Pemberian insulin untuk kebutuhan metabolisme glukosa tubuh.

2. Pengaturan makan untuk memperhitungkan asupan dalam bentuk kalori, Pemilihan jenis makanan dianjurkan karbohidrat dengan indeks glikemik dan glicemic load yang rendah.

3. Olahraga untuk meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kebutuhan insulin.

4. Edukasi pengetahuan dasar tentang pengaturan makanan, insulin (jenis, cara pemberian, efek samping, penyesuaian dosis sederhana dll), dan pertolongan pertama pada kedaruratan medik akibat DMT1 (hipoglikemia, pemberian insulin pada saat sakit).

5. Pemantauan gula darah mandiri di rumah

Pencegahan DM

Pencegahan DM bisa dilakukan dengan perbaikan gaya hidup, pola makan dan aktivitas fisik. Manajemen yang paripurna memerlukan kerjasama multidisipliner antara pasien dan tenaga medis. Para orang tua atau pengasuh merupakan tokoh sentral dalam keberhasilan manajemen diabetes pada anak.

Dr. Dana menyarankan para orang tua membaca informasi nilai gizi pada makanan kemasan yang dikonsumni anak. Perhatikan juga beberapa hal berikut: tanggal kadaluarsa, netto (kemasan), takaran saji, energi atau kalori total, karbohidrat total, dan serat.

“Tujuan pengaturan makanan pada pasien diabetes yaitu mencapai dan mempertahankan glukosa darah dalam batas normal, memberikan zat gizi yang dibutuhkan bagi tumbuh kembang anak, serta endukung & menjamin kesehatan optimal agar anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari”, tutup dokter Dana menjelaskan. (red/rlls)

Leave a Reply