Menristekdikti, Mohamad Nasir (pegang mix), melepas pengiriman ekspor tempe olahan merek Mangano ke Korea Selatan,  Rabu (28/2). (foto: Asri)

BESTTANGSEL.COM, Tangerang Selatan – Bertempat di Graha Widya Bhakti, Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir melepas pengiriman perdana ekspor tempe olahan merek Mangano ke Korea Selatan,  Rabu (28/2).

Produk yang diekspor ke Korea Selatan ini merupakan produk dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang sudah dilatih dari start-up berbasis teknologi di Technology Business Incubation Center (TBIC) Puspiptek.

Nasir sangat mengapresiasi ekspor perdana produk tempe tersebut. Sebab hal ini menunjukan peran serta masyarakat dalam meningkatkan jumlah entrepreneur (wirausaha). Ini untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaya saing.

“Kalau industri pemula yang berbasis teknologi seperti start-up (wirausaha pemula) bisa terus didorong dan dikembangkan, maka Indonesia bisa bergerak lebih maju,” ujarnya

Apalagi eksport perdana tempe ini bisa menembus Rp 10,9 Miliar per kontener. Jika pasar eksport ini bisa diterima dengan baik, maka tidak hanya dua kontener yang dikirim ke korea melainkan bisa 10 kontener. Bahkan Negara lain pun akan tertarik.

Kemenristekdikti melalui berbagai program menargetkan bisa melahirkan 1.000 perusahaan start up berbasis teknologi. Baik melalui inkubasi bisnis teknologi maupun mendorong spin-off pada industri-industri yang berbasi inovasi.

“Dengan adanya inovasi teknologi, terbukti sekarang sudah mampu memiliki industri pemula yang memiliki kualitas tinggi. Tentunya ini akan membantu meningkatkan perekonomian,” ujarnya.

Kepala Puspitek Sri Setiawati, menyampikan perkembangan start-up yang dibina melalui inkubasi cukup menggembirakan. Sebab tahun 2018 ada dua perusahaan yang lulus inkubator di TBIC.  Selanjutnya ke tahapan scaling-up produksinya di area zona bisnis teknologi  yaitu PT Djava Sukses Abdi dengan merk produk ‘Mangano’ dan PT Nano Herbal Inonesia dengan produk ‘Nanto Chitson’.

“Kedua perusahaan start-up ini telah menunjukan perkembangan usaha yang sangat baik. Bahkan Mangano sejan Febuari 2018 ini ekspor ke Korea Selatan,” ungkap Sri.

Wakil Walikota Tangsel, Benyamin Davnie pun menyambut baik program yang dikembangkan oleh Puspiptek. Karena dirasa bermanfaat dan berdampak langsung kepada masyarakat khususnya di Kota Tangsel.

“Kami mendorong agar pelaku-pelaku UMKM di Tangsel dapat memanfaatkan secara maksimal keberadaan Puspiptek. Serta program dan fasilitas di dalamnya untuk mendukung peningkatan daya saing,” ujar Ben.

Sementara Owner Mangano, Bambang Suyikno menjelaskan, dalam sebulan dirinya mengirim dua buah container untuk diekspor ke Korea Selatan. Dimana dalam satu container beriskan 75 ribu picis tempe.

“Jangan melihat dari sisi rupiahnya saja, tapi keberhasilan kita mengirim produk asli indonesia itu yang perlu di apresiasi,” ujarnya.

Bambang mengatakan, keberhasilannya itu tidak lepas dari adanya kegiatan inkubasi bisinis teknologi  yang diselenggarakan oleh Puspiptek. Sebab, sejak mengikuti program tersebut dirinya bisa mengolah produk olahan tempe miliknya menjadi tahan lama. Bahkan ketahanan tempe tersebut sampai 1,5 tahun.

“Selama ini mungkin hanya mengolah tempe secara tradisional dan pengemasannya juga. Dengan kita belajar menggunakan teknologi, maka kita akan membuatpackaging. Bagaimana makanan ini bisa tahan lama. Sehingga orang berpergian tanpa harus dibekukan,”katanya.

Ternyata tidak hanya korea selatan yang tertarik dengan ekport produk tempe mangano produksinya namun juga Australia. “Kita bulan Maret ini mengirim untuk ke Australia juga, tapi tidak berkontener, namun beberapa kerdus,” pungkasnya.

 

Asri

Leave a Reply