BESTTANGSEL.COM, PAMULANG- Program Pengabdian Kepada Masyarakat dosen dan mahasiswa prodi D-III Administrasi Perkantoran Unpam dengan tema “Implementasi Etika Pendidikan Pancasila Terhadap Anak Yatim Dan Dhuafa Di Yayasan Sahabat Yatim Bintaro Tangerang Selatan”.
Tujuan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah sebagai wujud pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada anak yatim dan dhuafa yang tinggal di Yayasan Sahabat Yatim Bintaro, Tangerang Selatan tentang implementasi etika pendidikan Pancasila sehingga mereka memiliki keseimbangan baik dalam kepandaian pemikiran, pengendalian emosi, serta spiritual. Hasil dari penyuluhan ini diharapkan dapat diterapkan oleh para anak yatim dan dhuafa dalam kegiatan belajar baik saat ini dan bahkan ketika mereka dewasa dan terjun ke masyarakat.
Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Peserta didik termasuk anggota masyarakat ilmiah-akademik yang memerlukan sistem etika yang orisinal dan komprehensif agar dapat mewarnai setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi ilmiah. Sebab keputusan ilmiah yang diambil tanpa pertimbangan moralitas, dapat menjadi bumerang bagi dunia ilmiah itu sendiri sehingga menjadikan dunia ilmiah itu hampa nilai (value –free).
Tanggung jawab yang penting berupa sikap menjunjung tinggi moralitas dan menghormati hukum yang berlaku di Indonesia. Untuk itu, diperlukan penguasaan pengetahuan tentang pengertian etika, aliran etika, dan pemahaman Pancasila sebagai sistem etika sehingga anak didik memiliki keterampilan memahami, menganalisis persoalan-persoalan yang terjadi di sekitar kita seperti bagaimana kita harus beradab terhadap guru, adab terhadap orang tua, serta dapat mengenali persoalan kenakalan remaja, bahkan persoalan korupsi dan dekadensi moral dalam kehidupan bangsa Indonesia. Tentang etika mesti di ajarkan sejak dini dari usia TK,TKA,SD,SMP,SMA dan Perguruan Tinggi agar peserta didik senantiasa beradab berperilaku moral dengan baik dan tidak kehilangan arah.
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya. Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan manusia lebih manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama. Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta tanah air. Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang lain, mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain.
Perguruan tinggi dalam kedudukannya sebagai mitra masyarakat memiliki kewajiban moril untuk berbagi pengetahuan (sharing knowledge), untuk itu kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan untuk memberikan penyuluhan kepada anak yatim dan dhuafa di Yayasan Sahabat Yatim tentang Etika Pendidikan Pancasila dengan cara menegenalkan sejak dini kepada calon generasi penerus bangsa.
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ceramah, studi kasus. Metode pertama adalah ceramah. Ceramah adalah metodologi pembelajaran yang penyampaian informasi pembelajaran kepada anak yatim dan dhuafa dilakukan dengan cara lisan yang bermanfaat untuk membiasakan murid untuk memaksimalkan pendengarannya dalam mendapatkan suatu informasi. Metode ini sangat tepat digunakan untuk murid yang memiliki kecerdasan yang bagus. Hal tersebut karena ketika seorang murid menerima informasi bisa lebih mudah dalam memahaminya. Kemudian metode selanjutnya adalah studi kasus. Studi kasus merupakan deskripsi mengenai suatu pengalaman dalam kehidupan nyata, berkaitan dengan bidang yang sedang dikaji atau dilatihkan, yang digunakan untuk menetapkan poin-poin penting, memunculkan masalah atau bahkan meningkatkan pemahaman dan pengalaman belajar dari para peserta. Pelaksanaannya biasanya mengikuti suatu skenario nyata, misalnya dengan menggunakan gambar kartun tentang kejadian sehari hari di lingkungan keluarga dilingkungan sekolah seperti bagaimana anak harus berpamitan keepada orang tua ketika mau berangkat ke sekolah ,atau gambar kartun ktika ujian tidak boleh mencontek dan lain lain dari awal hingga akhir. Karena studi kasus memberikan contoh-contoh nyata mengenai masalah-masalah dan solusi-solusi, tantangan- tantangan dan strategi-strategi, studi kasus tersebut mendukung bahan-bahan yang lebih bersifat teoritis dan sering kali menjadikan ‘pelajaran’ tersebut lebih dapat diingat dan dimengerti bagi peserta didik dikelas.
Target dari kegiatan ini adalah para anak yatim dan dhuafa di Yayasan Sahabat Yatim mengerti tentang pengertian etika, Pendidikan Pancasila di atas dengan melatih kebiasaan dan tata cara beretika atau beradab terhadap orang yang lebih tua terutama etika kepada orang tua dan guru tempat belajar dengan baik, sehingga membantu memaksimalkan kemampuan dan potensi yang mereka miliki. Target selanjutynya adalah mengimplementasikan dan menyinkronisasikan penelitian dosen yang berjudul “Implementasi Etika Pendidikan Pancasila Terhadap Anak Yatim Dan Dhuafa di Yayasan Sahabat Yatim Bintaro Tangerang Selatan.”
Solusi Permasalahan
Tahap pelaksanaan pembinaan terdiri dari pembinaan dalam pendidikan formal dan pembinaan pendidikan informal. Pendidikan formal adalah setiap anak asuh wajib menyelesaikan pendidikan formal di sekolah dekat dengan Asrama Yayasan Sahabat Yatim Bintaro. Anak asuh yang diterima pasti diberikan pendidikan formal secara utuh. Maksudnya anak asuh disekolahkan di sekolah umum di luar asrama Yayasan Sahabat Yatim Bintaro. Hal ini bertujuan agar anak asuh memiliki kecerdasan sosial, dapat berinteraksi dengan lingkungannya dengan baik. Mengingat anak asuh Asrama Yayasan Sahabat Yatim Bintaro berasal dari daerah luar Tangerang . Adapun pendidikan informal adalah pembinaan yang dilakukan secara kontinuitas pada anak asuh mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Pendidikan informal ini berupa:
1) Pembinaan spiritual dari kurikulum Yayasan Sahabat Yatim Bintaro yang sudah disiapkan dan menjadi kurikulum utama Yayasan Sahabat Yatim Bintaro. Pendidikan spiritual ini meliputi berupa hafalan al-Qur’an juz 30, 29 dan 28, menghafal do’a harian, menghafal hadits, tata cara sholat, tata cara wudhu, tayamum baca al-Qur’an, do’a harian dan hafalan al-Qur’an dengan target setiap anak asuh menghafal minimal dua ayat per hari. Serta pembiasaan taklim, membaca al-Qur’an setelah Subuh dan Magrib, membaca dzikir pagi petang, puasa sunnah dan shalat berjamaah di mushola/masjid.
2) Pembinaan membangun kebiasaan baik melalui Mutaba’ah Yaumiyah atau kegiatan sehari-hari, seperti sholat berjama’ah di masjid, membaca al-matsurat pagi petang, baca Al-Qur’an, taklim. Pembiasaan yang dilakukan didasarkan dengan ilmu yang diberikan kepada anak asuh. Penulis dapat menyimpulkan bahwa, hal ini sejalan dengan apa yang ada dalam Islam. Seiring bertambahnya ilmu, maka begitu juga bertambahnya iman.
3) Pembinaan membangun kemandirian melalui kegiatan sehari hari seperti menyapu, mengepel, membersihkan kamar, angkat jemuran sendiri, membereskan pakaian, mencuci piring dan cuci sepatu sendiri. Bukan hanya pendidikan formal dan spiritual Yayasan Sahabat Yatim Bintaro memberikan pembinaan kemandirian berupa piket bersih-bersih atau bersih-bersih bersama di pagi hari setelah mengaji subuh. Kemandirian ini dilatih agar kelak anak asuh dapat bermanfaat di lingkungan sekitar, tidak menjadi beban siapaun. Mandiri adalah salah satu sifat mulia, akhlakul karimah.
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti tidak akan lepas dari evaluasi. Hal ini agar semua kegiatan atau sistem dapat diketahui kurang dan lebihnya, berhasil atau tidak, direvisi atau bahkan diganti. Evaluasi yang dilakukan di Yayasan Sahabat Yatim Bintaro berupa pelaporan progress dalam format yang sudah disediakan oleh tim Pusat. Dari kegiatan harian anak asuh, kegiatan hafalan, nilai akademik bahkan progress prosentase dalam pencapaian standarisasi kurikulum.
Kurikulum yang ada sudah disiapkan sebagai rujukan utama, sehingga kepala asrama dalam menjalankan kewajibannya setidaknya sudah mencapai target yang diamanahkan lembaga padanya. Proses penerimaan anak asuh minimal dalam usia Sekolah Dasar. Hal ini sangat membantu Pembina dikarenakan anak usia di bawah itu masih belum mandiri. Sehingga ketika anak asuh yang diterima merupakan usia minimal Sekolah Dasar, maka dapat mempermudah Pembina dalam menjalankan proses pembinaan karena mereka akan lebih mandiri dan paham apa yang harus dilakukan.
Masalah penting yang mendasar bagi guru dalam proses belajar mengajar di kelas adalah bagaimana upaya untuk memperbaiki pembelajarannya sehingga materi yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa dengan mudah. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai.
Faktor yang menghambat keberhasilan seorang peserta didik di dalam pembelajaran adalah kejenuhan. Seorang peserta didik akan merasa jenuh apabila model atau cara mengajar seorang guru monoton atau tidak bervariasi. Mengapa demikian dan bagaimana solusinya? Bahwa seoarang siswa atau peserta didik membutuhkan suatu hal yang baru, karena dengan cara mengajar guru bervariasi siswa dapat belajar dengan maksimal, bahkan akan lebih mudah menerima penjelasan dari seorang guru. Disini guru harus terampil menggunakan variasi. Penggunaan variasi disini dimaksudkan agar peserta didik terhindar dari perasaan jenuh dan membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul. Pengajaran sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang dan menimbulkan rasa jengkel pada diri peserta didik. Karena itu ketrampilan menggunakan variasi adalah sangat penting bagi guru sekolah dasar dalam upaya memelihara dan meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.
Mengadakan variasi belajar adalah menciptakan suatu yang baru dalam proses belajar mengajar, yang mengarahkan siswa, melibatkan siswa, sehingga sekolah tidaklah merasa sebagai beban yang berat, tetapi merasa menjadi sesuatu yang menyenangkan. Pengertian penggunaan variasi merupakan ketrampilan guru di dalam menggunakan bermacam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik sekaligus mengatasi kebosanan dan menimbulkan minat, gairah, dan aktivitas belajar yag efektif.
Variasi dalam gaya mengajar, yaitu penggunaan variasi yang berkaitan dengan gaya mengajar guru, seperti: variasi dalam suara, variasi dalam gerak dan mimik, posisi guru, kesenyapan, kontak pandang, pemusatan perhatian, dsb. Variasi dalam penggunaan media, bahwa media yang digunakan harus bervariasi. Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan dalam mengenal dan meilih media.
Variasi dalam penggunaan metode, sesuaikan bahan dan karakteristik siswa dengan metode pengajaran yang diolah guru dan gunakan beberapa metode untuk satu penyampaian pengajaran.
Variasi dalam pola interaksi, yaitu gunakan pola interaksi multi arah artinya antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan guru atau peserta didik dengan peserta didik lain dan guru. Disisi lain, untuk menghilangkan kejenuhan dalam proses belajar mengajar, selain menggunakan variasi, proses belajar mengajar juga harus menyenangkan.PKM AP D-III Unpam & Yayasan Sahabat Yatim Bintaro Tangerang selatan.
Ditulis oleh: Turkamun, Dosen Unpam
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.