BESTTANGSEL.COM, Depok – Memiliki keturunan adalah salah satu tujuan dari pernikahan. Namun sekitar 10-15 persen dari pasangan memiliki kendala untuk segera mendapatkan buah hati atau yang dikenal dengan istilah infertilitas, Infertilitas merupakan suatu keadaan tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi selama satu tahun.

dr. Mira Myrnawati , SpOG dari Brawijaya Hospital Sawangan Depok, menjelaskan, “Infertilitas (kesulitan terjadinya kehamilan) terbagi 2 yakni, infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Dikatakan infertilitas primer jika wanita tersebut belum pernah hamil sama sekali. Sedangkan infertilitas sekunder terjadi pada wanita yang pernah hamil, terlepas apapun hasil kehamilannya (keguguran, lahir prematur, bayi meninggal dan sebagainya) dan kemudian mengalami kesulitan untuk hamil kembali.

Penyebab infertilitas ini tidak hanya berasal dari faktor istri (wanita), namun juga bisa berasal dari faktor suami (pria). Penyebab dari wanita antara lain penyumbatan saluran telur, gangguan ovulasi (hormon), endometriosis, maupun kelainan reproduksi lain seperti myoma, dan polip rahim. Faktor pria umumnya berupa kuantitas dan atau kualitas sperma yang kurang baik yang bisa disebabkan oleh kelainan bawaan, infeksi, varicocele, maupun gangguan hormon.

Menurut Mira, kebiasaan dan gaya hidup yang tidak sehat dapat memiliki peranan dalam terjadinya infertilitas. Rokok, alkohol, obat terlarang bisa mengganggu kesuburan pria maupun wanita. Begitu pula makanan berlemak jenuh seperti junk food, daging merah, santan, gorengan, maupun makanan yang mengandung karbohidrat simplex (cepat diubah menjadi gula oleh tubuh) seperti nasi putih, roti putih, kentang, pasta, sebaiknya dikurangi. Olah raga juga harus rutin dilakukan.”

Kapan sebaiknya mulai memeriksakan diri? Kesuburan sangat dipengaruhi oleh usia terutama usia wanita. Saat berusia 20-30 tahun, kesuburan wanita mencapai puncak yakni berkisar 70-80 persen dan akan menurun menjadi hingga hanya 30 persen pada usia 30-40 tahun.

“Wanita menikah memiliki peluang 80 persen hamil dalam setahun, khususnya jika dia menikah di usia produktif di bawah 30 tahun. Jika tidak hamil dalam kurun waktu tersebut, maka dia wajib memeriksakan diri ke dokter kandungan. Untuk wanita di atas 30 tahun, rentang waktunya adalah 6 bulan, jika tidak hamil di masa 6 bulan setelah menikah maka dia pun harus konsultasi ke dokter kandungan,” ungkap Mira.

Mira mengatakan bahwa pemeriksaan infertilitas harus dilakukan oleh kedua belah pihak atau suami istri, mengingat infertilitas bisa terjadi karena faktor pria, wanita, atau keduanya. “Pada wanita akan dilakukan pemeriksaan infertilitas dasar seperti USG transvagina untuk melihat adakah kelainan pada alat reproduksi, lalu pemeriksaan hormon jika diperlukan, dan juga pemeriksaan HSG (histerosalpingografi) untuk mengevaluasi adakah penyumbatan pada saluran telur. Sementara untuk pria, akan dilakukan analisis sperma untuk menilai kualitas dan kuantitas sperma,” jelas Mira.

Bagaimana solusi jika pasangan mengalami infertilitas? Tentunya yang pertama harus dilakukan adalah melakukan konsultasi dan pemeriksaan ke dokter kandungan spesialis fertilitas sedini mungkin karena infertilitas harus ditangani secara menyeluruh dan terpadu (holistik dan komprehensif) sesuai dengan kasus yang dihadapi dan keberhasilan untuk hamil sangat dipengaruhi oleh usia wanita. Nantinya, berdasarkan pemeriksaan yang ada, dokter akan menganjurkan program kehamilan yang sesuai.

Mira menjelaskan, dengan teknologi kedokteran kandungan yang canggih, saat ini telah berhasil dikembangan teknologi reproduksi berbantu berupa inseminasi dan program bayi tabung (IVF: in vitro fertilisation).

“Untuk program inseminasi, sperma yang telah diproses dimasukkan ke dalam rahim sehingga mendekatkan antara sperma dan sel telur untuk memfasilitasi terjadinya pembuahan. Jadi pembuahan pada inseminasi ini tetap terjadi di dalam tubuh wanita.

Berbeda dengan inseminasi, pada bayi tabung pembuahan terjadi di luar tubuh wanita. Sperma dan sel telur diambil melalui prosedur medis kemudian dilakukan pembuahan di laboratorium. Pada hari ketiga atau kelima pasca pembuahan embryo atau hasil pembuahan ini kemudian  dimasukkan atau ditanam ke dalam rahim wanita” ungkap Mira yang sudah banyak membantu pasangan infertilitas dengan melalui program inseminasi dan bayi tabung.

“Yang tak kalah penting adalah dalam menjalani program kehamilan adalah harus sabar dan tidak mudah patah semangat, mengingat terapi kadang harus dilakukan bertahap dan membutuhkan waktu untuk membuahkan hasil.  Dan yang juga penting adalah suami dan istri harus saling memberikan dukungan  berupa fisik maupun emosional, baik dalam proses maupun dalam menghadapi hasil program kehamilan”. pungkas Mira.

 

Asri

 

Leave a Reply