BESTTANGSEL.COM, Surabaya -Tiga gabungan PTS yaitu Universitas Surabaya (UBAYA, Surabaya), Universitas Ma Chung (UMC, Malang), dan Universitas Pembangunan Jaya (UPJ, Bintaro-Tangsel) memenangkan proposal internasional dan menerima hibah penyelenggaraan National Multiplication Training (NMT) dari DAAD dan German Rectors’ Conference (HRK) Jerman.

Pendanaan hibah diperoleh dari the Federal Ministry for Economic Cooperation and Development (BMZ) Jerman.

Menurut Rektor UPJ, Dr. Leenawaty Limantara Ph.D, sebagai salah satu pemenang, hanya 10 proposal dari total 120 proposal (8.33%) berhasil lolos dan dipilih oleh panitia untuk melaksanakan DIES (Dialogue on Innovative Higher Education Strategies) NMT pada tahun 2018. Sepuluh proposal tersebut berasal dari 10 negara yakni: Indonesia, Columbia, Congo, Cuba, Ghana, Laos, Myanmar, Tanzania, Kenya, dan Republik Mali.

Kegiatan NMT di Indonesia yang diberi nama Indonesia’s Deans’ Course for Private Higher Education Institution(INADC – PHEI) diselenggarakan pada tanggal 5-7 Februari 2018 di UBAYA Surabaya, dan 21-23 Mei 2018 mendatang di Universitas Pembangunan Jaya, Bintaro.

Tim komite yang terdiri dari Dr. Tatas Brotosudarmo (Univ. Ma Chung) sebagai kordinator, Dr. Leenawaty Limantara (UPJ) , dan Dr. Nemuel Pah (Ubaya) juga sukses menggandeng International Test Center (ITC) memberikan nilai tambah kepada 25 pimpinan PTS terpilih untuk mendapatkan program  hibah e-learning dan sertifikasi internasional literasi digital Internet and Computing Core Certification (IC3) bagi seluruh mahasiswa dari peserta workshop INADC-PHEI tahun 2018 yang dinyatakan lulus dalam kegiatan INADC-PHEI 2018.

IC3 adalah sebuah sertifikasi kemampuan seseorang dalam mengaplikasikan ilmu serta pemahaman seseorang di bidang komputer dalam lingkup akademik dan professional.

Pemberian program hibah e-learning dan sertifikasi literasi digital dari Certiport ini merupakan salah satu bentuk penerapan atas pelatihan yang telah didapat dari batch INADC-PHEI 2018 di Surabaya yang akan diumumkan pada akhir workshop INADC-PHEI di Bintaro Jaya pada bulan Mei 2018.

“Dengan adanya program ini diharapkan 25 perguruan tinggi yang mengikuti INADC-PHEI bisa meningkatkan daya saing dan sebagai bentuk inovasi perguruan tinggi dalam menghadapi tantangan baik di kawasan ASEAN maupun kawasan global secara umum,” tutur Leenawaty.

Leenawaty juga menjelaskan, metode pembelajaran dalam kegiatan ini sangat beragam, interaktif, dan menarik, dengan rasio keterlibatan aktif peserta berbanding fasilitator (70:30) dengan beberapa pendekatan antara lain metode Speed dating; presentasi; diskusi; penerapan teori U dari Otto Scharmer, refleksi; kerja kelompok; studi kasus; konsultasi rekan sejawat; Metaplan; Mindmapping; Gallery walk; Ice breaking; kuesioner; Kahoot QA; Role model dan konsultasi.

“Ada banyak benefit yang diperoleh peserta training selain hibah e-learning dan sertifikasi literasi digital.  Peserta sendiri adalah para pemenang beasiswa INADC-PHEI dari DAAD Jerman yang seleksi kepesertaannya bersifat kompetitif, dengan total 25 peserta dari 24 institusi, ditambah tim trainer yang berasal dari 7 institusi maka akan terjadi networking dari 31 institusi.  Multiplikasi pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama 50 jam training ditambah dengan Project Action Plan (PAP) diharapkan akan mempersiapkan peserta training menjadi multiplier nasional di bidang kepemimpinan dan tata kelola Perguruan Tinggi yang berkualitas,” ungkap sang Rektor yang berpendapat bahwa lewat training ini, PAP para peserta akan dibukukan sebagai bahan acuan tata kelola Perguruan Tinggi di Indonesia.

 

Asri/rlls

Leave a Reply