BESTTANGSEL.COM, DEPOK- Belum lama ini Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengonfirmasi adanya kasus monkeypox atau cacar monyet pertama di Indonesia. Monkeypox (cacar monyet) adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus monkeypox. Meski secara umum, virus cacar monyet menyerang hewan seperti monyet dan tikus, namun virus tersebut juga bisa menyerang manusia.

Dokter spesialis kulit dan kelamin, Brawijaya Hospital Depok, dr. Galih, SpKK., menjelaskan bahwa virus cacar monyet pada hewan menular melalui kontak cairan darah, cakaran, gigitan, mengkonsumsi daging yang terkontaminasi virus monkeypox. “Penularan pada manusia bisa terjadi melalui kulit, saluran pernafasan, luka, serta selaput lendir hidung, dan mulut.” Selasa, (30/08).

Lanjut dr. Galih, gejala yang ditimbulkan akibat virus monkeypox sangat mudah dikenali di antaranya, demam, sakit kepala, lemas, nyeri otot punggung dan leher, serta terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening di leher, ketiak dan selangkangan.

“Masa inkubasi cacar monyet terjadi antara 6-12 hari, bahkan ada yang 5-21 hari, tergantung daya tahan tubuh pasien. Gejala awal seperti demam terjadi antara 1-3 hari, ini bisa juga disebut fase erupsi. Setelah demam akan tampak ruam pada kulit, seperti di wajah, punggung, dan telapak tangan,” jelas dr. Galih.

Dia juga menjelaskan, “Ruam pada cacar monyet diawali dengan bercak kemerahan, lalu timbul vesicle atau lenting bening/lepuh, selanjutnya lenting bening tersebut akan berubah keruh atau menjadi nanah, ini terjadi setelah 5-7 hari setelah terserang virus monkeypox.”

Ruam kulit pada penderita cacar monyet akan menyebabkan rasa tidak nyaman, seperti gatal dan panas pada kulit yang disebut dengan infeksi sekunder. “Jika gatal dan vesicle atau lenting tidak pecah boleh ditaburi dengan bedak. Tetapi jika vesicle atau lenting pecah sebaiknya tidak ditaburi dengan bedak, karena bedak akan menempel sehingga kerak keropeng akan menebal. Sebaiknya jika terjadi infeksi sekunder, segera konsultasikan dengan dokter agar dokter bisa segera memberi obat untuk menghilangkan rasa gatal dan panas pada keropeng cacar monyet,” papar dr. Galih.

Menurut dr. Galih, keropeng pada pasien cacar monyet biasanya akan hilang setelah 1-2 bulan pasien dinyatakan sembuh dari cacar monyet.

“Jika hanya terjadi hyperpegmentasi (flex kecoklatan pada kulit) setelah 1-2 bulan agar pudar dengan sendirinya, dan kulit akan kembali seperti semula. Yang disayangkan jika lepuh pada cacar monyet pecah dan menjadi keropeng, nah ini yang agak sulit penanganannya, harus dikonsultasikan ke dokter kulit untuk dicari solusi penyembuhan agat kulit yang keropeng kembali seperti semula,” ungkap dr. Galih.

Bagaimana melindungi diri dari monkeypox?

Melansir laman Centers for Disease Control and Prevention, berikut cara melindungi diri dari Monkeypox:

1. Hindari kontak antar kulit

Hindari kontal dari kulit ke kulit dengan orang yang memiliki ruam seperti cacar monyet. Jangan menyentuh ruam atau koreng oarang yang terkena cacar monyet.

Selain itu, Anda juga dilarang berpelukan, mencium, atau berhubungan seks dengan penderita cacar monyet.

2. Hindari kontak dengan bedan yang digunakan penderita monkeypox

Jangan berbagi peralatan makan atau cangkir dengan penderita cacar monyet.

Anda juga dilarang memegang atau menyentuh tempat tidur, handuk, atau pakaian orang yang terkena cacar monyet.

3. Sering mencuci tangan

Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan handsanitizer berbahan dasar alkohol, terutama sebelum makan atau menyentuh wajah dan setelah menggunakan kamar mandi.

Brawijaya Hospital Depok senantiasa mendukung program pemerintah dalam mencapai kesehatan masyarakat, salah satunya adalah dengan memberikan edukasi kesehatan, tidak terkecuali kesehatan kulit.

“Kulit yang sehat dan terawat merupakan cermin kesejahteraan masyarakat. Untuk mendapatkan kulit yang sehat, tentunya setiap orang harus banyak mengkonsumsi sayur, buah dan minum air putih. Perawatan kulit pun penting dilakukan, misal dengan rutin berolahraga, dan memakai cream anti aging bagi mereka yang lanjut usia. Agar tidak salah memilih produk anti aging yang sesuai, sebaiknya seseorang melakukan konsultasi ke dokter kulit,” tutup dr. Galih. (Red/*)

Leave a Reply