BESTTANGSEL.COM, TANGERANG- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Rencana Pembangunan Bandar Antariksa Skala Kecil di Pulau Biak pada Rabu – Kamis, 6 – 7 November 2019 di Hotel Atria Gading Serpoing Boulevard, Tangerang, Banten. Rakornas ini bertujuan untuk menjamin adanya kesepahaman dan efektivitas pelaksanaan kerja sama serta mempertemukan Supply and Demand antara pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat.
Rakornas ini dibuka oleh Kepala LAPAN, Prof Thomas Djamaluddin dan menghadirkan para pembicara utama dari LAPAN di antaranya adalah Deputi Bidang Teknologi dan Penerbangan, Dr Rika Andiarti yang akan membahas mengenai fasilitas uji terbang roket sonda di Biak dan Sekretaris Utama LAPAN, Prof Erna Sri Adingsih yang menyampaikan materi mengenai perencanaan anggaran dan SDM untuk bandar antariksa skala kecil.
“Tahun 1990 LAPAN sudah merencanakan untuk membangun bandar antariksa skala kecil, waktu itu ada beberapa pilihan pulau yakni Pulau Engganao, Pulau Nias, Pulau Morotai, dan Pulau Biak. Dari beberapa lokasi tersebut yang memenuhi persyaratan teknis sebagai lokasi pembangunan bandar antariksa salah satunya adalah pulau Biak, Desa Soukobye, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua (tanah LAPAN).” tutur Prof Thomas Djamaluddin, di sela kegiatan, Selasa (6/11).
“Selain LAPAN memiliki tanah seluas 100 hektar di Biak, dari hasil survey Pulau Biak memiliki keunggulan kompetitif yaitu sangat dekat dengan ekuator atau garis Khatulistiwa, dimana terletak pada titik koordinat 0º55′-1º27′ Lintang Selatan (LS) dan 134º47′-136º48 Bujur Timur (BT). Dengan posisi tersebut sangat baik sebagai tempat peluncuran Roket Peluncur Satelit (RPS) ke Geostationary Earth Orbit (GEO) dan berdampak positif pada penghematan penggunaan bahan bakar roket ketika peluncuran. Di Asia Pacific hanya bandar antariksa Biak yang tepat berada di ekuator, sehingga akan menjadi sebuah inovasi bagi dunia internasional,” papar Prof. Thomas
Prof. Thomas berharap pembangunan bandar antariksa di Biak ini nantinya akan diperluas menjadi bandar antariksa besar, sehingga dapat dikomersilkan. “Saat ini baru akan menjadi tempat peluncuran satelit kecil 300 KM dan direncanakan nantinya juga akan bisa meluncurkan satelit 600 KM, untuk itu LAPAN akan terus menjajaki kerjasama dengan bandar antariksa besar sehingga bandar antariksa di Biak ini bisa menjadi bandar antariksa internasional atau Pulau Keantariksaan yang selain sebagai tempat peluncuran satelit tetapi juga memiliki pabrik roket dan pabrik satelit,” ungkap Prof. Thomas yang memastikan pembangunan Bandar Antariksa Skala Kecil di Pulau Biak ini rampung di 2024.
Prof. Thomas juga menjelaskan bahwa Pembangunan Bandar Antariksa di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan amanat Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaaan untuk mewujudkan kemandirian di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) penerbangan dan antariksa diantaranya adalah pengembangan teknologi roket, khususnya teknologi Roket Pengorbit Satelit (RPS) yang dapat membawa wahana ke orbit.
“Oleh karena itu, LAPAN menggelar rakornas sebagai upaya untuk memperoleh masukan dan mematangkan rencana pembangunan bandar antariksa serta membahas peran dan tanggung jawab masing-masing pihak. Selain dari LAPAN, kami juga mengundang pembicara lainnya yang berasal dari perwakilan Pemprov Papua, Pemda Biak, Bappenas, Kemenristekdikti dan Universitas Cendrawasih. Hal ini karena pembangunan bandar antariksa di Pulau Biak ini tidak dapat dilakukan oleh LAPAN sendiri, mengingat di dalam lingkungan bandar antariksa tersebut harus dilengkapi dengan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang.” tutup Prof. Thomas. (asri)
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.