BESTTANGSEL.COM, JAKARTA- Ada 1.400 hoax yang berkembang di masa Pandemi Covid-19 yang menimbulkan keresahan masyarakat. Kecukupan literasi merupakan kunci untuk menghindari hoax, dan mendapatkan informasi terpercaya.

Mengajak masyarakat mencintai literasi, Perpustakaan Nasional Indonesia telah berinovasi menjadi transformasi knowledge sesuai dengan perkembangan zaman di abad 21. Hal ini dikatakan oleh Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, drs. Deni Kurniadi, M.Hum., saat membuka webinar “Darurat Penguatan Literasi di Masa Pandemi” yang diadakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (RI), hari ini Selasa (8/9), dalam rangka memperingati Hari Literasi Sedunia.

“Di masa Pandemi ini, hampir semua orang bekerja dan belajar dari rumah. Untuk itu, agar bisa menjangkau masyarakat, Perpustakaan Nasional RI kini sudah dapat diakses secara digital. Kami juga sudah mengembangkan buku elektronik yang bisa dibaca oleh seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat bisa mengakses Perpustakaan Nasional RI melalui portal web yang juga sudah tersedia,” tutur Deni.

Deni berharap, inovasi Perpustakaan Nasional RI bisa menjadi wujud penguatan literasi masyarakat, sehingga bisa menghasilkan Sumber Daya Manusia Unggul untuk Indonesia Maju.

Founder Generasi Literat, Milastri Muzakar.

Founder Generasi Literat, Milastri Muzakar, sebagai nara sumber pertama menyatakan pentingnya literasi intens untuk menangkal hoax khususnya di masa Pandemi.

Ketua Pusat Kreativitas dan Pembelajaran Sepanjang Hayat, Pangesti Wiedarti.

Sementara nara sumber kedua, Pangesti Wiedarti, Ketua Pusat Kreativitas dan Pembelajaran Sepanjang Hayat, mengatakan pentingnya mengajak seluruh lapisan masyarakat mulai dari tingkat RT untuk membangun wadah atau tempat masyarakat agar bisa berliterasi.

Ketua Umum Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Herman Yosi Mokalu.

Sementara, Ketua Umum Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Herman Yosi Mokalu, mengatakan bahwa pentingnya mencerdaskan kehidupan bangsa di ranah digital, dengan tidak hanya mengajak orang secara hard skill membuat konten, tetapi bagaimana mengarahkan orang untuk mengisi konten dengan hal-hal yang bermanfaat melalui soft skill yang bersumber dari hati dan pikiran. [**]

Leave a Reply