BESTTANGSEL.COM, RIAU- Masih ingat dengan dokter Oki Alfin, dokter muda berusia 29 tahun yang meninggal akibat terpapar virus corona? Menelusuri bagaimana dokter asal Kampar Riau ini bisa terpapar hingga meninggal, serta bagaimana kisah sang istri, Suci Oktari yang juga saat itu dinyatakan positif Corona bisa bertahan, Adara Relief Internasional lewat event Family Festival 2 Extraordinary, yang digelar virtual, berkesempatan menghadirkan Suci Oktari untuk berbagi cerita dan pengalamannya dalam melawan ganasnya virus covid-19.

“Suami saya atau saya biasa menyebutnya Abang (Oki Alfin) bertugas di Puskesmas Gunung Sahilan I Kabupatan Kampar Pekan Baru Riau. Jadi waktu itu pada akhir akhir Agustus banyak merawat pasien positif covid-19. Pada tanggal 2 bulan 9, Abang pulang dari Puskesmas batuk-batuk,” kenang Suci, pada Rabu (23/12).

“Kami berpikir hanya batuk biasa, mungkin kacepean dan masuk angin. Jadi waktu itu Abang hanya istirahat. Esoknya, batuk Abang juga belum reda, tapi masih biasa, belum ada gejala lain. Hingga beberapa kemudian batuk Abang makin hebat. Lalu ada gejala demam, dan hilangnya indra penciuman,” papar Suci yang juga seorang bidan, diselingi isak tangis.

Anehnya, menurut Suci, dia pun mengalami hal serupa. Yakni indra penciumannya mendadak hilang. “Biasanya kalau saya masak bau bawang putih itukan menyengat sekali, di hari itu saya tidak merasakan baunya. Disitulah saya sadar bahwa kami, saya dan suami positif covid-19,” ungkap Suci.

Berbeda dengan sang suami, Suci hanya mengalami gejala pegal-pegal pada persendian, dan demam ringan tanpa batuk. “Saya coba menghilangkan demam dan diare dengan minum obat yang ada di rumah, Alhamdulillah demam dan diare saya reda. Tapi suami saya tidak hilang demamnya, dan batuknya pun makin sering. Akhirnya saya dan mertua, menyarankan agar suami dirawat di rumah sakit. Setelah dibujuk, akhirnya Abang pun masuk rumah sakit. Waktu itu Abang dirawat di RSUD Riau. Setelah dilakukan rontgen thorak, tampak paru-paru abang sudah banyak bercak-bercak,” papar Suci.

Lanjut Suci, “karena kondisi saya membaik, saya mencoba bertahan di rumah karena saya harus memberi ASI pada anak kami Uwais yang masih kecil. Ada perasaan galau, saya khawatir kalau-kalau Uwais juga terpapar. Tapi Alhamdulillah pada saat kami semua melakukan tes swab, sementara saya dan suami positif covid-19, anak kami Uwais negatif.”

Menurut Suci, saat itu dirinya benar-benar takut. Suci takut jika buah hatinya Uwais akan terpapar covid-19. “Ya Allah, saya benar-benar takut sekali, sampai-sampai untuk kasih makan Uwais aja saya berkali-kali cuci tangan, dan menggunakan sarung tangan, serta masker. Tidur pun demikian, saya pakai masker, pakai sarung tangan, demi untuk menjaga agar Uwais tidak tertular,” kata Suci.

“Setelah 2 hari di rumah merawat Uwais, akhirnya keluarga menyarankan saya untuk isolasi di rumah sakit. Keluarga takut saya mengalami nasib seperti suami. Alhamdulillah selama saya isolasi di rumah keluarga saya, baik dari saya ataupun suami semua sangat mendukung saya. Meski mereka tidak masuk ke dalam rumah saya mereka selalu memberi sinyal bahwa mereka ada di dekat rumah saya, dan selalu mengawasi saya,” ungkap Suci.

“Kembali ke suami, waktu itu suami masih bisa berjalan meski kondisi paru-paru sudah penuh dengan bercak. Di rumah sakit dia justru mencari obat anti virus, yang memang saat itu sangat sukar dicari. Sampai dia menemukan obat itu, dan memberikannya untuk saya, padahal saat itu Abang juga sedang sakit dan membutuhkan obat anti virus itu, tetapi Abang malah memikirkan saya, dan ingin saya meminum obat itu,” ucap Suci setengah terisak.

“Singkat cerita, saya akhirnya dirujuk isolasi di rumah sakit swasta di Riau. Uwais saya titipkan untuk di rawat oleh keluarga suami saya. Dan, ternyata karena suami saya kondisinya makin memburuk, dia pun dipindahkan dari RSUD ke rumah sakit yang sama dengan Saya. Tetapi saat ini saya benar-benar tidak tahu, dan pihak keluargapun tidak ada yang memberitahu saya, mungkin mereka merasa khawatir saya shock. Saya tahu kondisi suami saya justru melalui medsos, waktu itu memang sudah viral ada dokter muda di Riau yang terpapar dan kondisi sudah memakai ventilator, subhanallah informasi itu justru saya dapat dari Instagram,” papar Suci.

“Tanggal 12 bulan 9, Abang menghembuskan nafas yang terakhir, berita inipun saya dapat dari medsos, karena saya berada dalam rumah sakit yang sama, saya bisa menemani suami saya hingga menghembuskan nafas terakhirnya. Saya bisa ikut mengkafani Abang, bisa ikut mensholatkannya, ya Allah mungkin ini rencana Allah, membuat saya positif agar saya bisa berjumpa dengan Abang hingga akhir hayatnya, coba kalau saya negatif, mungkin saya tidak akan diijinkan untuk menemani Abang hingga menjelang kematiannya, jadi saat itu saya merasa benar-benar bersyukur, dan mengambil hikmah dari positifnya saya,” tutur Suci dengan linangan air mata.

“Setelah suami dimakamkan sesuai dengan SOP Pemakaman Covid-19, saya pun kembali melanjutkan isolasi di rumah sakit, sampai saya benar-benar sembuh. Alhamdulillah, setelah hampir beberapa minggu saya dirawat di rumah sakit, hasil tes swab saya pun menunjukkan hasil negatif, yang akhirnya membolehkan saya kembali ke rumah. Kembali bertemu dengan Uwais setelah hampir satu bulan lebih kami terpisah,” terang Suci.

Menurut Suci, Uwais dan dukungan keluarga adalah modal semangat Suci untuk bisa lepas dari jeratan virus covid-19. Suci mengambil hikmah dari apa yang telah dialaminya.

“Selama di rumah sakit, saya aktif menggunakan medsos untuk memposting berbagai kejadian di rumah sakit, dari mulai bagaimana para medis dengan APD lengkap merawat kami para pasien Covid-19 tanpa ada perasaan takut tertular padahal mungkin di hati kecil mereka sangat takut. Banyak juga yang bertanya pada saya tentang gejala yang saya dan suami alami. Saya jawab semua berbagai pertanyaan di IG saya, saya berpikir mungkin ini adalah cara Allah memberitahu masyarakat, melalui saya. Saya hanya bisa berpesan agar masyarakat tidak menganggap sepele Covid-19, virus ini benar-benar nyata.” ungkap Suci.

“Sangat tidak enak terpapar virus covid-19, sakit rasanya. Oleh karena itu, kita harus menerapkan protokol kesehatan secara sungguh-sungguh, memakai masker, rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, serta menjaga jarak atau hindari kerumunan dan menjaga daya tahan tubuh, ini sangat penting kita lakukan, semoga apa yang telah saya alami tidak dialami oleh keluarga-keluarga dimanapun berada,” tutup Suci dengan linangan air mata. (As)

Leave a Reply